Podcast Download (Duration: 1:03:28 — 18.2MB) Sumber audio: radiorodja.com. Mari turut menyebarkan catatan kajian "Hadits Arbain ke-8 : Mengajak kepada Kalimat Syahadat" ini di media sosial yang Anda miliki, baik itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Semoga bisa menjadi pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum..
Mulianya perkara shalat dan pentingnya menjaga shalat diterangkan dalam hadits arbain 29. الحَدِيْثُ التَّاسِعُ وَالعِشْرُوْنَ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ قَالَ لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ عَظِيمٍ وَإِنَّهُ لَيَسِيرٌ عَلَى مَنْ يَسَّرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ وَتَصُومُ رَمَضَانَ وَتَحُجُّ الْبَيْتَ ثُمَّ قَالَ أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ ». ثُمَّ تَلاَ { تَتَجَافَى جُنُوْبُهُمْ عَنِ المَضَاجِعِ } { حَتَّى إِذَا بَلَغَ } { يَعْمَلُوْنَ } ثُمَّ قَالَ أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ وَعَمُودِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ ». قُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ ». ثُمَّ قَالَ أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ». قُلْتُ بَلَى يَا رَسُوْلَ اللَّهِ قَالَ فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا ». فَقُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ قاَلَ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ ». رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ Hadits Kedua Puluh Sembilan Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku berkata, Wahai Rasulullah! Beritahukanlah kepadaku amal perbuatan yang dapat memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka.’ Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sungguh, engkau bertanya tentang perkara yang besar, tetapi sesungguhnya hal itu adalah mudah bagi orang yang Allah mudahkan atasnya Engkau beribadah kepada Allah dan jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji ke Baitullah.’ Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Maukah engkau aku tunjukkan pintu-pintu kebaikan? Puasa adalah perisai, sedekah itu memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalatnya seseorang di pertengahan malam.’ Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam membaca firman Allah, Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya’, sampai pada firman Allah yang mereka kerjakan.’ QS. As-Sajdah 16-17. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Maukah engkau aku jelaskan tentang pokok segala perkara, tiang-tiangnya, dan puncaknya?’ Aku katakan, Mau, wahai Rasulullah!’ Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Pokok segala perkara adalah Islam, tiang-tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad.’ Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Maukah kujelaskan kepadamu tentang hal yang menjaga itu semua?’ Aku menjawab, Mau, wahai Rasulullah!’ Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab lalu memegang lidah beliau dan bersabda, Jagalah ini lisan!’ Kutanyakan, Wahai Nabi Allah, apakah kita akan disiksa dengan sebab perkataan kita?’ Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Semoga ibumu kehilanganmu! kalimat ini maksudnya adalah untuk memperhatikan ucapan selanjutnya. Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas wajah atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.’” HR. Tirmidzi, ia mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih. [HR. Tirmidzi, no. 2616 dan Ibnu Majah, no. 3973. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan hadits ini hasan]. Faedah Hadits Pertama Cita-cita para sahabat begitu tinggi, mereka ingin masuk surga. Itulah yang selalu jadi harapan mereka, bukan hanya ingin dapatkan sepuluh, dua puluh, tiga puluh, dari keuntungan dunia. Masuk surga dan selamat dari neraka adalah kesuksesan dan kebahagiaan sejati sebagaimana disebutkan dalam ayat, كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” QS. Ali Imran 185 Kedua Agama ini mudah namun bagi siapa yang Allah mudahkan untuknya. Dalam ayat disebutkan bahwa ajaran Islam itu mudah, يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” QS. Al-Baqarah 185 Ketiga Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Jangan beribadah kepada Allah, sedangkan Anda merasa berjasa pada agama Allah. Allah telah menyinggung hal ini dalam perkataannya, يَمُنُّونَ عَلَيْكَ أَنْ أَسْلَمُوا ۖ قُلْ لَا تَمُنُّوا عَلَيَّ إِسْلَامَكُمْ ۖ بَلِ اللَّهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ أَنْ هَدَاكُمْ لِلْإِيمَانِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ “Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.’” QS. Al-Hujurat 17 Dalam ayat ini mereka tidak merasa berjasa kepada Allah, akan tetapi mereka merasa berjasa kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. [Maka terlebih lagi apabila merasa berjasa kepada agama Allah]. Sembahlah Allah Ta’ala dengan perasaan tunduk, cinta, dan pengagungan. Dengan perasaan cinta akan mudah melaksanakan berbagai macam ketaatan, dan dengan pengagungan akan selalu meninggalkan larangan Allah.” Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hlm. 319 Keempat Amalan saleh jadi sebab masuk surga. Masuk surga ini dengan menjalankan rukun Islam yang lima. Dalam hadits disebutkan, أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ » . قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لاَ ، وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga.” “Engkau juga tidak wahai Rasulullah?”, tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, “Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.” HR. Bukhari no. 5673 dan Muslim no. 2816 Sedangkan firman Allah Ta’ala, سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ “Berlomba-lombalah kamu kepada mendapatkan ampunan dari Rabbmu dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” QS. Al-Hadiid 21. Dalam ayat ini dinyatakan bahwa surga itu disediakan bagi orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Berarti ada amalan. Begitu pula dalam ayat, ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ “Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.” QS. An-Nahl 32 وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ “Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.” QS. Az-Zukhruf 72 Imam Nawawi rahimahullah memberikan keterangan yang sangat bagus, “Ayat-ayat Al-Qur’an yang ada menunjukkan bahwa amalan bisa memasukkan orang dalam surga. Maka tidak bertentangan dengan hadits-hadits yang ada. Bahkan makna ayat adalah masuk surga itu disebabkan karena amalan. Namun di situ ada taufik dari Allah untuk beramal. Ada hidayah untuk ikhlas pula dalam beramal. Maka diterimanya amal memang karena rahmat dan karunia Allah. Karenanya, amalan semata tidak memasukkan seseorang ke dalam surga. Itulah yang dimaksudkan dalam hadits. Kesimpulannya, bisa saja kita katakan bahwa sebab masuk surga adalah karena ada amalan. Amalan itu ada karena rahmat Allah. Wallahu a’lam.” Syarh Shahih Muslim, 14 145 Kelima Syaikh Abdul Muhsin hafizhahullah berkata, “Jalan menuju surga itu berat. Semuanya bisa mudah jika Allah mudahkan.” Fath Al-Qawi Al-Matin, hlm. 107. Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, “Sudah sepatutnya setiap orang meminta kepada Allah kemudahan untuk urusan agama dan dunianya. Karena siapa saja yang tidak Allah mudahkan, maka sulit untuk menjalani segala sesuatu.” Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hlm. 325 Keenam Pintu kebaikan itu begitu banyak. Hadits ini menunjukkan keutamaan puasa dapat melindungi dari neraka, sedekah dapat menghapus dosa. Hadits ini juga menerangkan tentang keutamaan qiyamul lail shalat malam, shalat secara umum, dan doa. Ketujuh Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Dosa itu sifatnya panas. Karena orang yang berdosa disiksa di neraka. Sedangkan sedekah di dalamnya ada sifat dingin. Oleh karenanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam sifatkan sedekah dengan air yang dapat memadamkan api.” Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hlm. 328 Kedelapan Ibadah barulah teranggap jika dibangun di atas dua kalimat syahadat dan keduanya saling berkaitan. Amal barulah diterima jika ikhlas karena Allah dan bersesuaian dengan syariat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Lihat Fath Al-Qawi Al-Matin, hlm. 107. Kesembilan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjadikan dalil tentang keutamaan shalat malam yaitu ayat, تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan. Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” QS. As-Sajdah 16-17 Kesepuluh Perhatian kepada pokok Islam karena itu jadi modal penting untuk selamat di dunia dan akhirat. Kesebelas Hadits ini menunjukkan keutamaan shalat, bahwa shalat itu tiangnya Islam, dan bangunan itu menjadi roboh jika tidak ada tiang. Kedua belas Hadits ini menunjukkan keutamaan jihad di jalan Allah dan jihad adalah syiar Islam yang paling tinggi. Ketiga belas Kewajiban itu berurutan pentingnya dilihat dari urutan sebagaimana disebutkan dalam hadits ini. Keempat belas Setelah melakukan yang wajib diperintahkan pula untuk melakukan yang sunnah. Kelima belas Bahayanya lisan dan lisan bisa mengantarkan kepada jurang kebinasaan. Ibnu Majah membawakan judul bab untuk hadits ini “Menjaga lisan di saat fitnah.” Keenam belas Baiknya pengajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam dengan ucapan dan perbuatan. Juga bagaimanakah beliau menerangkan sesuatu dari yang sangat penting lalu hal penting lainnya. Ketujuh belas Semangat para sahabat dalam menghilangkan berbagai kerancuan. Kedelapan belas Kalimat “tsaqilatka ummuka”, maksudnya adalah semoga ibumu kehilanganmu, wahai Mu’adz. Ucapan ini maksudnya adalah supaya orang memperhatikan ucapan selanjutnya. Kalimat ini menunjukkan bahwa makna tersurat bukanlah yang dimaksud. Kesembilan belas Kaedah, untuk mendapatkan keberuntungan dan keselamatan adalah kembali pada agama dan berpegang pada agama itu mudah bagi yang Allah mudahkan. Kedua puluh Surga dan neraka saat ini sudah ada, keduanya akan terus ada, dan tidak akan fana. Kedua puluh satu Ada penduduk neraka yang tersungkur di atas wajahnya. Ini menunjukkan sempurnanya penghinaan pada penduduk neraka. Kedua puluh dua Kita beribadah kepada Allah untuk masuk surga-Nya dan selamat dari neraka. Hal ini tidak seperti perkataan sebagian orang sufi bahwa Allah tidaklah boleh disembah karena ingin mengharap surga atau takut pada neraka. Referensi Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin Al-Hajjaj. Cetakan pertama, Tahun 1433 H. Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar Ibnu Hazm. Fath Al-Qawi Al-Matin fi Syarh Al-Arba’in wa Tatimmat Al-Khamsin li An-Nawawi wa Ibnu Rajab rahimahumallah. Cetakan kedua, Tahun 1436 H. Syaikh Abdul Muhsin bin Hamad Al-Abbad Al-Badr. Khulashah Al-Fawaid wa Al-Qawa’id min Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Syaikh Abdullah Al-Farih. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah. Cetakan ketiga, Tahun 1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Baca Juga Doa Meminta Perlindungan dari Jeleknya Pendengaran, Penglihatan, Lisan, Hati, Kemaluan Ternyata Burung dan Benda Mati Shalat dan Bertasbih Diselesaikan di Darus Sholihin, Sabtu Shubuh, 30 November 2019 Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
haditske dua puluh delapan dari kitab hadits arba'in nawawi tentang wasiat rosulullah kepada umat islam, rosulullah berwasiat supaya umat islam tetap bertaqwa kepada allah swt, tunduk dan menjalankan segala aturan islam sesuai yang diajarkan oleh rosulullah, rosul berwasiat supaya kita meniru, meneladani ajaran rosulullah dan para khulafaur Wasiat Rasulullah SAW dalam Hadist arbain nawawi 28 menjelaskan tentang untuk selalu berpegang teguh terhadap sunnah Rasulullah dan khulafaur rasyidin para sahabat. hadist ini menjadi wasiat nabi muhammad bagi umatnya, hadist yang bisa dijadikan tuntunan untuk para umat islam selama hidupnya. Bahwa kita harus selalu berpegang teguh pada sunnah Rasulullah SAW. Untuk lebih jelasnya mari kita bahas semua tentang hadist ini, Abu Najih, Al Irbad bin Sariyah ra, berkata عَنْ أَبِي نَجِيحٍ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ “وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ، وَذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ، فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ! كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا، قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ؛ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ”. “ Rasulullah telah memberi nasehat kepada kami dengan satu nasehat yang menggetarkan hati dan membuat air mata berlinang. Kami bertanya, “ wahai rasullullah, nasihat itu seakan-akan nasihat dari orang yang akan berpisah selamanya meninggal, maka berilah kami wasiat. Rasulullah bersabda, “ saya memberi wasiat kepadamu agar tetap bertaqwa kepada Allah yang maha tinggi lagi maha mulai, tetap mendengar dan taat walaupun yang memerintahmu seorang hamba sahaya. Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian masih hidup niscaya bakal menyaksikan banyak perselisihan. Karena itu berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah klulafaur rasyidin yang lurus mendapat petunjuk dan gigitlah dengan gigi geraham kalian, dan jauhilah olehmu hal-hal baru dalam perkara agama karena sesungguhnya semua bid’ah itu sesat [1] Dari hadist arbain nawawi diatas, ada banyak penjelasan yang bisa kita dapatkan. Dengan kata mengenal dan membekas dihati, berarti wasiat dari Rasulullah ini memang begitu harus diingat dan nasihat yang harus kita amalkan. Nasihat ini menjadi pedoman dan tauladan bagi semua umat islam untuk tetap berada di jalan Allah ta’ala. Kita memang diajarkan untuk selalu berpegang teguh dalam sunah rosulullallah. Dengan dalam perkara apapun, dilarang untuk menjauh dari sunah rosul. Terutama dalam perkara ibadah. Semua ibadah yang kita lakukan harus ada ilmu dan memiliki sunah yang jelas. Kita harus mendengar semua perintah ke ta’atan apapun itu, selama tidak mendekati kemaksiatan atau melakukan keburukan. Semua perintah yang sudah diperintahkan harus kita lakukan dengan sebaik mungkin. Asalkan tidak mendekatkan kita kemaksiatan. Hal inilah yang dijelaskan dalam hadist arbain nawawi. Kenapa kita harus berpegang teguh terhadap sunnah nabi dan sunnah khulafaur rasyidin, karena merekalah yang menjadi panutan kita, semua ibadah yang kita lakukan berdasarkan dari sunah Rasulullah dan sahabat. Apalagi ketika terjadi perbedaan bahkan perpecahan. Semuanya harus mengacu pada sunnah Rasulullah. Hadist arbain nawawi ini diberikan ketika Rasulullah SAW akan wafat, maka wasiat ini menjadi wasiat yang harus dipegang. Untuk kebahagiaan dan kebaikan dunia akhirat. Seperti yang sudah dijanjikan, kalau kita selalu berpegang teguh kepada sunnah dan Al Quran, maka hidup kita akan bahagia dunia akhirat. Tak perlu percaya dengan yang lain, semuanya sudah ditulis dengan jelas di sunah rosullulah. Dalam hadist arbain nawani juga dijelaskan tentang larangan bid’ah. Bid’ah membawa kesesatan, karena kita membuat ibadah baru tanpa adanya ilmu. Allah SWT sangat melarang hambanya untuk membuat perkara baru dalam agama tanpa adanya landasan atau ilmu yang jelas. Semua ibadah agama yang kita lakukan setiap harinya, harus memiliki dasar. Jika tanpa dasar hanya akan membawa kesesatan. Banyak sekali hadist dan ayat Al Qur’an yang melarang tentang bid’ah. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari, kita sangat mudah menemukan bid’ah. Dengan memahami hadist arbain nawani diatas, kita jadi tahu pedoman apa yang harus kita pegang teguh dalam melakukan apapun, selalu berpegang teguh pada sunnah Rasulullah, terutama dalam perkara ibadah. Jika ada ibadah yang tidak sesuai dengan sunah Rasulullah, maka jangan diikuti. Pahami ilmunya dan pelajari, ini akan membantu kita terhindar dari kesesatan dan insyaAllah bisa bahagia di dunia dan akhirat. Catatan Kaki [1] Abu daud dan At Tarmidzi, hadits hasan shahih Syaikh(Imam an-Nawawi) berkata, "Hadits hasan, kami meriwayatkannya dari Musnad Imam Ahmad bin Hanbal dan Musnad ad-Darimi dengan sanad hasan." [Dha'if jiddan: Musnad Ahmad (IV/228), Sunan ad-Darimi (II/245-246), dan Musnad Abu Ya'la (no. )] *** 25 Arba'in Nawawi: Matan dan Terjemah ke-28 By Selasa, 15 Juni 2021 pukul 750 amTerakhir diperbaharui Rabu, 16 Juni 2021 pukul 924 amTautan Hadits Arbain 28 – Mendengar dan Taat Kepada Penguasa merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Anas Burhanuddin, dalam pembahasan Al-Arba’in An-Nawawiyah الأربعون النووية atau kitab Hadits Arbain Nawawi Karya Imam Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 26 Jumadil Akhir 1442 H / 09 Februari 2021 M. Status Program Kajian Kitab Hadits Arbain Nawawi Status program kajian Hadits Arbain Nawawi AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Selasa sore pekan ke-2 dan pekan ke-4, pukul 1630 - 1800 WIB. Download juga kajian sebelumnya Hadits Arbain 27 – Bertanyalah Kepada Hatimu Kajian Hadits Arbain 28 – Mendengar dan Taat Kepada Penguasa Pada pembahasan kali, kita akan membahas hadits ke 28 dari Syarah Kitab Al-Arba’in fi Mabanil Islam wa Qawaid Al-Ahkam yaitu sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Najih Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu Anhu yang juga diriwayatkan oleh Tirmidzi. عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ العِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قاَلَ وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظًةً وَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوْبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ فَقُلْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةً مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ Dari Abu Najih Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu Anhu, dia berkata “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan nasihat kepada kami dengan nasihat yang karenanya hati kami bergetar dan air mata mengalir, maka kami mengatakan Ya Rasulullah, seolah-olah ini adalah pesan dari orang yang akan berpisah, maka berikanlah kami wasiat!’ Maka kemudian beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, dan patuh serta taat kepada pemimpin meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak. Dan sungguh orang yang hidup di antara kalian sepeninggalku, dia akan mendapat perbedaan yang banyak. Maka ikutilah sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapatkan petunjuk setelahku. Gigitlah sunnah itu dengan geraham-geraham kalian, dan hindarilah oleh kalian perkara-perkara yang baru dalam agama, karena setiap bid’ah adalah kesesatan.’” HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, At-Tirmidzi mengatakan ini adalah hadits yang hasan shahih Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak kajian yang penuh manfaat ini. Download mp3 Kajian Podcast Play in new window DownloadSubscribe RSS Lihat juga Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat Mari raih pahala dan kebaikan dengan membagikan tautan ceramah agama “Hadits Arbain 28 – Mendengar dan Taat Kepada Penguasa” ini ke jejaring sosial yang Anda miliki seperti Facebook, Twitter dan yang lainnya. Semoga menjadi pembuka pintu kebaikan bagi kita semua. Barakallahu fiikum. Dapatkan informasi dari Radio Rodja 756 AM, melalui Telegram Dapatkan informasi dari Rodja TV, melalui Facebook HaditsArbain Ke 28: Berpegang Teguh Kepada Sunnah; Hadits Arbain Ke 29 - Menjaga Lisan; Hadits Arbain Ke 30: Patuhilah Perintah dan Larangan Agama! Hadits Arbain Ke 32: Tidak Boleh Berbuat Kerusakan; Hadits Arbain Ke 33 Dasar-dasar Hukum Dalam Agama Islam;

Kitab Hadits Arbain NawawiKitab Arbain Nawawi atau Al-Arba'in An-Nawawiyah Arabالأربعون النووية kitab hadis 40 hadis masyhur pilihan. Arba’în artinya 40 , akan tetapi hadis dalam kitab arbain nawawi tidaklah persis 40, melainkan 42 hadits. Arbaîn Nawawiyah yang disusun oleh Imam an-Nawawi, ia memuat sekumpulan hadits namun sanadnya tidak disebut secara lengkap dan disandarkan kepada penulis kitab utama mislanya al-Bukhâri, muslim dan lain-lain. Hadits-hadits dalam kitab Arbaîn Nawawiyah merupakan landasan atau fondasi dalam agama Islam. Sebagian ulama berpendapat bahwa ajaran Islam, atau setengahnya, atau sepertiganya berlandaskan pada hadits-hadits dalam kitab ini Imam an-Nawawi, al-Arba’în an-Nawawiyah, Beirut Dar el-Minhaj, cetakan pertama, 2009, h. 44Penyusun atau pengarang kitab arbain nawawi adalah Al-Imam al-Allamah Abu Zakaria Muhyuddin bin Syaraf an-Nawawi ad-Dimasyqi الإمام العلامة أبو زكريا محيي الدين بن شرف النووي الدمشقي, atau lebih dikenal sebagai Imam Nawawi, adalah salah seorang ulama besar mazhab Syafi' ini adalah Hadits Ke 28 kedua Puluh Delapan dalam Kitab Arbain Nawawi bertulisan Arab harakat beserta terjemahan artinya dalam bahasa indonesia, dengan disertai penjelasan syarh Hadits Ke 28 Kedua Puluh Delapan Kitab Arbain Nawawiعَنْ أَبِي نَجِيحٍ العِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ وَعَظَنَا رَسُولُ اللهِ ﷺ مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ، فَقُلْنَا يَارَسُولَ اللهِ! كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا، قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافاً كَثِيراً، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ، عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ. وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ» رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ Abu Najih Al-Irbadh bin Sariyah berkata Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menasihati kami dengan suatu nasihat yang menjadikan hati bergetar dan mata menangis, lalu kami berkata, “Ya Rasulullah! Seolah-olah ini adalah nasihat perpisahan, maka berilah kami wasiat.” Beliau menjawab, “Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah Azza wa Jalla, mendengar dan patuh meskipun yang menjadi pemimpin kalian seorang budak. Baransiapa yang hidup sepeninggalku, dia akan melihat banyak sekali perbedaan. Maka, hendaklah ia berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang terbimbing. Gigitlah ia dengan gigi geraham. Waspadalah kalian dari perkara yang baru dan setiap bid’ah adalah sesat.” HR. Abu Dawud no. 4607 dan At-Tirmidzi no. 2676, dan dia berkata, “Hadits hasan shahih.”Pelajaran1. Bekas yang dalam dari nasehat Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam dalam jiwa para shahabat. Hal tersebut merupakan tauladan bagi para da’i di jalan Allah ta’ Taqwa merupakan yang paling penting untuk disampaikan seorang muslim kepada muslim lainnya, kemudian mendengar dan ta’at kepada pemerintah selama tidak terdapat didalamnya Keharusan untuk berpegang teguh terhadap sunnah Nabi dan sunnah Khulafaurrasyidin, karena didalamnya terdapat kemenangan dan kesuksesan, khususnya tatkala banyak terjadi perbedaan dan Hadits ini menunjukkan tentang sunnahnya memberikan wasiat saat berpisah karena didalamnya terdapat kebaikan dan kebahagiaan dunia dan Larangan untuk melakukan hal yang baru dalam agama bid’ah yang tidak memiliki landasan dalam agama.

SyarahHadits Arbain (28) Nasihat Perpisahan ﷺ oleh Sahabat Muslim· Juni 4, 2020 Bismillah wasshalaatu wassalaamu 'ala Rasulillah wa 'ala aalihi wa shahbihi wa man tabi'ahu bi ihsaan ilaa yaumid diin, amma ba'du,
Hadits arbain ke 28 menjelaskan tentang nasihat rasulullah shalalahu alaihi wasalam kepada para sahabat untuk selalu menjalankan sunah dan bertaqwa kepada Allah subhanahu wata'ala, nasihat yang terkandung dalam hadit ini membuat hati para sahabat bergetar sampai-sampai para sahabat mengira bahwa ini adalah nasihat perpisahan, para sahabatpun meminta untuk di wasiati oleh rasulullah pada kala itu. Begitu antusiasnya para sahabat untuk meminta nasihat dan ilmu kepada rasulullah shalalahu alaihi wasalam, ini membuktikan bahwa para sahabat sangat bersungguh-sungguh dalam hal ketaqwaan, tidak boleh ada yang terlewatkan sampai-sampai semua sabda rasulullah di buku kan agar para penerus agama islam tidak kehilangan pengetahuan yang sangat penting, dan alhamdulillah sampai saatnya sekarang kita dapat mempelajarinya. Kitab Arbain An Nawawi Kepada teman-teman baca juga artikel hadits arbain ke 27 ya, yang membahas tentang perbedaan kebaikan dan dosa, semoga bermanfaat buat teman-teman, dan mudah-mudahan artikel yang ada di blog ini juga dapat bermanfaat untuk para pembaca yang kebetulan mampir ke blog ini, nah berikut ini adalah penjelasan tentang hadits arbain yang ke 27. HADITS ARBAIN KE 28 Hadits Arbain Ke 28 ARTINYA Dari abu najih al iryadi bin syariah radhiallahu anhu dia berkata Rasulullah shalalahu alaihi wasalam memberi kami nasihat yang membuat hatikami bergetar, dan membuat air mata kami berlinang, maka kami berkata wahai rasulullah seakan-akan ini nasihat perpisahan maka wasiatilah kami. Beliau Rasulullah berkata Aku wasiatkan kalian untuk bertaqwa kepada Allah Azzawajalla, tunduk dan patuh kepada pemimpin kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak maka sesungguhnya di antara kalian yang hidup setelah ini akan menyaksikan banyaknya perbedaan pendapat, maka hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku dan ajaran para khalifah-khalifah yang empat yang pada pintar, yang mendapatkan petunjuk, gigitlah Genggamlah dengan kuat dengan graham dan hendaklah kalian menghindari perkara yang di ada-adakan maka sesungguhnya semua perkara bid'ah itu adalah sesat, yang meriwayatkan hadits di atas yaitu abu daud dan tirmidzi di berkata hadits hasan shahih. PENJELASAN Dlam hadits di atas disebutkan bahwa para sahabat telah mendengan sabda dari rasulullah sampai sampai hati mereka bergetar dan membuat mereka menangis, nasihat yang diberikan rasulullah pada kala itu sangat dalam dan penuh makna, rasulullah bersabda untuk menyuruh mereka bertaqwa kepada Allah Azzawajalla, taqwa sendiri mengandung arti, taqwa adalah amal perbuatan yang melakukan ketaatan kepada Allah subhana huwata'ala atas perintah yang telah ditetapkan sebagai mana yang terkandung dalam Al Quran dan hadits. Seseorang belum bisa disebut bertaqwa jika dalam hidupnya masih melakukan perbuatan maksiat dan mempunyai sifat syirik, apalagi sampai tidak melaksanakan perintah-perintah yang telah ditetapkan dalam Al Quran dan hadits. Baca Juga Doa Setelah Sholat Patuhlan kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak, dalam sabda rasulullah ini menjelaskan bahwa seorang pemimpin yang jujur dan adil tidaklah mesti dari golongan orang kaya atau keturunan dari seorang bangsawan, karena pada dasarnya semua manusia dilahirkan dalam keadaan yang sama. Banyaknya perbedaan pendapat dimasa sekarang ini sudah Rasulullah terangkan dalam sabdanya dulu, jika dipirkan berapa tahun dari jaman nya rasulullah ke jaman kita sekarang, tapi rasulullah sudah mengetahui apa yang akan terjadi, perbedaan pendapat sudah menjadi hal yang umum dijaman sekarang ini, perbedaan pendapat dalam hal agama bukan berarti tidak menghargai pendapat orang lain, rasulullah sudah menerangkan jika kita berada pada kehidupan yang begitu banyak sekali perbedaan pendapat maka kita harus berpegang teguh kepada ajaran rasulullah shalalahu alaihi wasalam dan ajaran para khalifah yang empat. Nah teman teman mungki dalam hadits arbain ke 28 ini hanya inisaja yang dapat saya jelaskan, silahkan share kepada teman-teman dan keluarga jika menurut kalian artikel tentang hadits arbain ini bermanfaat, jangan lupa subscribe juga blog ini ya untuk mendapatkan notifikasi tentang update terbaru dari kami. Haditske 28; Mendengar dan Taat kepada Penguasa. عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ الْعِرْبَاضِ بِنْ سَارِيَةَ رضي الله عنه قَالَ: وَعَظَنَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُبُ Syarah Hadits Arbain Nawawi Ke 28 dan Terjemahannya Tentang Berpegang Pada Sunnah Nabi dan Khulafaurrasyidin الحديث الثامن والعشرون عن أبي نجيح العرباض بن سارية رضي الله عنه قال وعظنا رسول الله صلى الله عليه وسلم موعظة وجلت منها القلوب وذرفت منها العيون , فقلنا يل رسول الله كأنها موعظة مودعٍ فأوصنا , قال - أوصيكم بتقوى الله عزوجل , والسمع والطاعة وإن تأمر عليك عبد , فإنه من يعش منكم فسيرى اختلافاً كثيراً . فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهدين عضوا عليها بالنواجذ , وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل بدعة ضلالة - رواه أبوداود والترمذي وقال حديث حسن صحيح Abu Najih, Al Irbad bin Sariyah ra. ia berkata “Rasulullah telah memberi nasehat kepada kami dengan satu nasehat yang menggetarkan hati dan membuat airmata bercucuran”. kami bertanya ,"Wahai Rasulullah, nasihat itu seakan-akan nasihat dari orang yang akan berpisah selamanya meninggal, maka berilah kami wasiat" Rasulullah bersabda, "Saya memberi wasiat kepadamu agar tetap bertaqwa kepada Alloh yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia, tetap mendengar dan ta'at walaupun yang memerintahmu seorang hamba sahaya budak. Sesungguhnya barangsiapa diantara kalian masih hidup niscaya bakal menyaksikan banyak perselisihan. karena itu berpegang teguhlah kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang lurus mendapat petunjuk dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah olehmu hal-hal baru karena sesungguhnya semua bid'ah itu sesat." HR. Abu Daud dan At Tirmidzi, Hadits Hasan Shahih [Abu Dawud no. 4607, Tirmidzi no. 2676] Pada sebagian sanad diriwayatkan dengan kalimat “Sesungguhnya ini adalah nasihat dari orang yang akan berpisah selamanya meninggal. Lalu apa yang akan engkau pesankan kepada kami ?” Beliau bersabda, “Aku tinggalkan kamu dalam keadaan terang benderang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang menyimpang melainkan ia pasti binasa” Penjelasan Perkataan, “nasihat yang mengena” maksudnya adalah mengena kepada diri kita dan membekas dihati kita. Perkataan, “yang menggetarkan hati kita” maksudnya menjadikan orang takut. Perkataan,”yang mencucurkan air mata” maksudnya seolah-olah nasihat itu bertindak sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengancam. Sabda Rasulullah, “Aku memberi wasiat kepadamu supaya tetap bertaqwa kepada Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia, tetap mendengar dan mentaati” maksudnya kepada para pemegang kekuasaan. Sabda Beliau, “Walaupun yang memerintah kamu seorang budak”, pada sebagian riwayat disebutkan budak habsyi. Sebagian Ulama berkata, “Seorang budak tidak dapat menjadi penguasa” kalimat tersebut sekedar perumpamaan, sekalipun hal itu tidak menjadi kenyataan, seperti halnya sabda Rasulullah, “Barangsiapa membangun masjid sekalipun seperti sangkar burung karena Allah, niscaya Allah akan membangukan untuknya sebuah rumah di surga”. Sudah tentu sangkar burung tidak dapat menjadi masjid, tetapi kalimat perumpaan seperti itu biasa dipakai. Mungkin sekali Rasulullah memberitahukan bahwa akan terjadinya kerusakan sehingga sesuatu urusan dipegang orang yang bukan ahlinya, yang akibatnya seorang budak bisa menjadi penguasa. Jika hal itu terjadi, maka dengarlah dan taatilah untuk menghindari mudharat yang lebih besar serta bersabar menerima kekuasaan dari orang yang tidak dibenarkan memegang kekuasaan, supaya tidak menimbulkan fitnah yang lebih besar. Sabda Rasulullah, “Sungguh, orang yang masih hidup diantaramu nanti akan melihat banyak perselisihan” ini termasuk salah satu mukjizat beliau yang mengabarkan kepada para shohabatnya akan terjadinya perselisihan dan meluasnya kemungkaran sepeninggal beliau. Beliau telah mengetahui hal itu secara rinci , tetapi beliau tidak menceritakan hal itu secara rinci kepada setiap orang, namun hanya menjelaskan secara global. Dalam beberapa hadits ahad disebtukan beliau menerangkan hal semacam itu kepada Hudzaifah dan Abu Hurairah yang menunjukkan bahwa kedua orang itu memiliki posisi dan tempat yang penting disisi Rosululloh . Sabda Beliau, “Maka wajib atas kamu memegang teguh sunnahku” sunnah ialah jalan lurus yang berjalan pada aturan-aturan tertentu, yaitu jalan yang jelas. Sabda Beliau, “dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapatkan petunjuk” maksudnya mereka yang senantiasa diberi petunjuk. Mereka itu ada 4 orang, sebagaimana ijma’ para ulama, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali ra. Rasululloh menyuruh kita teguh mengikuti sunnah Khulafaur Rasyidin karena dua perkara Pertama, bagi yang tidak mampu berpikir cukup dengan mengikuti mereka. Kedua, menjadikan pendapat mereka menjadi pilihan utama bila terjadi perselisihan pendapat diantara para shahabat. Sabdanya “ Jauhilah olehmu perkara-perkara yang baru “. Ketahuilah bahwa perkara yang baru itu ada dua macam. Pertama, perkara baru yang tidak punya dasar syari’at, hal semacam ini bathil lagi tercela. Kedua, perkara baru yang dilakukan dengan membandingkan dua pendapat yang setara, perkara baru semacam ini tidak tercela. Kata-kata “perkara baru atau bid’ah” arti asalnya bukanlah perbuatan yang tercela. Akan tetapi, bila pengertiannya ialah menyalahi Sunnah dan menuju kepada kesesatan, maka dengan pengertian semacam itu menjadi tercela, sekalipun secara harfiah makna kata tersebut sama sekali tidak tercela, karena Allah pun di dalam firman-Nya menyatakan “Tidak datang kepada mereka suatu ayat Al Qur’an pun yang baru dari Tuhan mereka” QS. Al Anbiyaa’ 2 Juga perkatan Umar radhiallahu 'anhu “Bid’ah yang sebaik-baiknya adalah ini”, yaitu shalat tarawih berjama’ah. YKH0v.
  • 08gp5zk88b.pages.dev/455
  • 08gp5zk88b.pages.dev/528
  • 08gp5zk88b.pages.dev/316
  • 08gp5zk88b.pages.dev/176
  • 08gp5zk88b.pages.dev/574
  • 08gp5zk88b.pages.dev/365
  • 08gp5zk88b.pages.dev/53
  • 08gp5zk88b.pages.dev/536
  • hadits arbain ke 28